KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Semoga Makalah tentang kasus – kasus hubungan internasional ini dapat
membantu dan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga
saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini agar kedepannya dapat
lebih baik lagi.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada Bapak guru mata
pelajaran PKN untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan Makalah ini.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hubungan Internasional.......................................................... 2
2.2 Bentuk
Hubungan Internasional............................................................... 2
2.3 Kasus-kasus
Hubungan Internasional....................................................... 2
2.3.1
Perang Enam Hari Bersama
Pendudukan Palestina...................... 2
2.3.2
Korea Utara tidak akan
menghancurkan Korea Selatan............... 4
2.3.3
Israel Rangkul Turki Melawan
Iran............................................... 6
2.3.4
Pemerintah Israel
Mendapatkan Kecaman Dari Dunia
Internasional.................................................................................. 7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah
hubungan internasional berdasarkan negara berdaulat dapat ditelusuri hingga Perdamaian Westfalen tahun 1648, sebuah batu loncatan dalam
perkembangan sistem negara modern. Sebelumnya, organisasi otoritas politik
Eropa abad pertengahan masih didasarkan pada ordo keagamaan hierarkis yang
tidak jelas. Berlawanan dengan kepercayaan masyarakat, Westfalen masih
menerapkan sistem kedaulatan berlapis, khususnya di dalam Kekaisaran Romawi
Suci.[3] Selain
Perdamaian Westfalen, Traktat Utrecht tahun 1713 dianggap mencerminkan suatu norma baru bahwa negara berdaulat
tidak punya kesamaan internal di dalam wilayah tetapnya dan tidak ada penguasa
luar yang dapat menjadi penguasa mutlak di dalam perbatasan sebuah wilayah
berdaulat.
Tidak satupun
bangsa di dunia ini dapat membebaskan diri ketergantungan dengan bangsa dan
negara lain. Menurut Mochtar Kusumaatmaja hubungan
dan kerjasama antar bangsa itu timbul karena adanya kebutuhan yang disebabkan
oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak merata di
dunia.
Disamping itu
hubungan antar bangsa penting disebabkan :
1.
Menciptakan hidup berdampingan secara
damai.
2.
Mengembangka penyelesaian masalah
secara damai dan diplomasi.
3.
Membangun solidaritas dan saling
menghormati antar bangsa.
4.
Berpartisipasi dalam melaksanakan
ketertiban dunia
5.
Menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
nrgara di tengah bangsa-bangsa lain.
1.2 Rumusan
Masalah
§ Bagaimana Latar Belakang Munculnya
Hubungan Internasional ?
§ Apa saja Makna Kebijakan Politik
Luar Negeri Indonesia ?
§ Jelaskan Pengertian Sengeketa
Internasional dan Berbagai aspeknya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Hubungan Internasional
Hubungan
internasional merupakan hubungan antarbangsa atau interaksi manusia antarbangsa
baik secara individu maupun kelompok, dilakukan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung dan dapat berupa persahabatan, persengketaan, permusuhan
ataupun peperangan. Dan juga merupakan hubungan yang dilakukan oleh
bangasa-bangsa atau negara-negara, atau merupakan sebuah atau suatu hubungan
yang bersifat global yang meliputi semua hubungan yang terjadi yang melewati
dan melampaui suatu batas-batas kenegaraan.
2.2
Bentuk Hubungan Internasional
a.
Individual ( turis mahasiswa pedagang yang
mengadakan kontak-kontak pribadi sehingga timbul kepentingan timbal balik di
antara mereka ).
b.
Antar kelompok (Lembaga social dan keagamaan dan
perdagangan yang melakukan kontak secara insidental, periodik atau permanen)
c.
Hubungan antar Negara ( negara yang satu dengan
negara lainmengadakan kerjasama dalam bidang ekonomi, kebudayaan, teknologi,
dll ).
2.3
Kasus-kasus Hubungan Internasional
2.3.1
Perang Enam Hari Bersama Pendudukan Palestina
Pada 5
Juni 1967, Israel menyerbu posisi pasukan Mesir di Gurun Sinai. Pecahlah perang
enam hari yang terkenal itu. Israel mengawali perang dengan dua gelombang
serangan udara yang menghancurkan 286 pesawat tempur Mesir. Anehnya, respons
militer Mesir sangat minim dan menjelang tengah hari, AU Israel berani
memastikan bahwa AU Mesir sudah lumpuh.
Sementara
itu, pasukan darat Israel juga mulai menusuk di Gurun Sinai dan hanya dalam
tiga hari pasukan Israel berhasil menguasai Sinai. Pada 8 Juni 1967 malam,
Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser menyepakati gencatan senjata.
Pada hari pertama perang, militer Jordania juga menembaki Jerusalem meski Israel meminta Jordania untuk tidak ikut campur. Artileri Jordania juga menembaki Tel Aviv serta AU Jordania menyerang sejumlah kota Israel. Setelah upaya gencatan senjata ditolak Jordania, Israel menyerang negeri itu. Pada 8 Juni 1967, Israel akhirnya bisa menguasai Tepi Barat dan Jerusalem.
Pada saat bersamaan dengan serangan awal Jordania, Suriah juga ikut terjun ke dalam peperangan ini. Artileri Suriah di Dataran Tinggi Golan menghujani wilayah Israel dengan tembakan. Setelah mampu mengatasi Mesir, militer Israel akhirnya dikerahkan untuk menanggapi serangan Suriah. Pada 10 Juni 1967, Israel sepakat melakukan gencatan senjata dengan Suriah setelah berhasil menguasai dataran tinggi Golan.
Pada hari pertama perang, militer Jordania juga menembaki Jerusalem meski Israel meminta Jordania untuk tidak ikut campur. Artileri Jordania juga menembaki Tel Aviv serta AU Jordania menyerang sejumlah kota Israel. Setelah upaya gencatan senjata ditolak Jordania, Israel menyerang negeri itu. Pada 8 Juni 1967, Israel akhirnya bisa menguasai Tepi Barat dan Jerusalem.
Pada saat bersamaan dengan serangan awal Jordania, Suriah juga ikut terjun ke dalam peperangan ini. Artileri Suriah di Dataran Tinggi Golan menghujani wilayah Israel dengan tembakan. Setelah mampu mengatasi Mesir, militer Israel akhirnya dikerahkan untuk menanggapi serangan Suriah. Pada 10 Juni 1967, Israel sepakat melakukan gencatan senjata dengan Suriah setelah berhasil menguasai dataran tinggi Golan.
Perang enam hari usai dengan kemenangan mutlak di tangan Israel. Hasil
dari perang ini, Israel merebut Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir.
Dari Jordania, Israel merebut Tepi Barat dan menguasai dataran tinggi Golan.
Dampak
perang
Dampak
pasti perang enam hari ini adalah pendudukan Israel atas Jalur Gaza dan Tepi
Barat yang banyak dihuni pengungsi Palestina hasil perang Arab-Israel 1948.
Setidaknya, satu juta warga Palestina kini berada di bawah kekuasaan Israel
pada 1967.
Pascaperang
enam hari, fokus kelompok-kelompok perlawanan Palestina sedikit berubah, yaitu
membebaskan Jalur Gaza dan Tepi Barat dari pendudukan Israel sebagai langkah
awal kemerdekaan seluruh Palestina.
Salah satu
masalah besar dalam konflik Israel-Palestina adalah status Jerusalem. Pada
1980, Israel menyatukan Jerusalem Barat dan Timur sekaligus mengklaim kota itu
sebagai ibu kota negara Yahudi tersebut. Namun, Palestina juga mengklaim Jerusalem
sebagai ibu kota mereka. Saling klaim Jerusalem ini menjadi salah satu ganjalan
dalam proses perdamaian di Timur Tengah hingga kini.
Ganjalan
lain yang menghambat proses perdamaian antara Israel dan Palestina adalah
kebijakan Israel membangun permukiman Yahudi di wilayah pendudukannya.
Kebijakan ini dilakukan sejak Partai Likud berkuasa di Israel pada 1977. Hingga
2003, terdapat sekitar 220.000 warga Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Selain itu, masih ditambah sekitar 200.000 warga Yahudi di Jerusalem dan
wilayah yang diduduki sejak 1967.
2.3.2
Korea Utara tidak akan menghancurkan Korea Selatan
Banyak media yang menggambarkan ketegangan antara Korea Utara (Korut) dan
Korea Selatan (Korsel) di bulan Februari 2013 lalu dengan berbagai cara. Salah
satunya majalah Defence Inggris, menggambarkan suasana yang tegang di Korea
tersebut bagaikan musim gugur yang melanda. Bahkan, BBC London setelah
percobaan bom nuklir Korut berhasil, langsung menghubungi saya tentang keadaan
di Korsel. Pada saat itu saya katakan, Korea aman-aman saja dan tak ada
masalah, serta saya katakan bahwa Korut tidak akan menghancurkan Korsel.
Begitulah yang diungkapkan oleh Guru Besar Hankuk University of Foreign
Studies Prof. Yang Seung Yoon dalam Kuliah Umum yang diadakan oleh Program S2
Hubungan Internasional (MPHI) UMY, bekerjasama dengan Jurusan Hubungan
Internasional (HI) UMY. Acara yang dihadiri juga oleh Guru Besar UMY Prof.
Tulus Warsito tersebut berlangsung di Ruang Simulasi Sidang HI UMY, Jum’at
(19/4).
Dengan memulai dari sejarah Korea terbagi dua disebabkan perbedaan
ideologi, Prof. Yang menjelaskan alasan Korut tidak akan menghancurkan Korsel.
Salah satu faktor terpentingnya adalah sejarah 2000 tahun hubungan kekeluargaan
antara Korut dan Korsel. Sehingga perselisihan yang lebih kurang 60 tahun
sekarang ini tidak terlalu menjadi masalah besar. Korea yang dulu hanya satu
dan berasal dari suku, budaya, pakaian, bahasa yang sama, sudah tentu sulit
untuk dipisahkan. “Sejarah 2000 tahun tentunya akan kuat mengalahkan
perselisihan yang hanya 60 tahun”, jelas penasehat International Association of
Korean Studies in Indonesia (INAKOS) ini.
Prof. Yang menerangkan sebab perselisihan antara 2 Korea yaitu Utara dan
Selatan. Pembagian Utara dan Selatan yang dimuai sejak perang dunia kedua tahun
1945 tersebut, sebenarnya bukan keinginan dari rakyat Korea. Hal tersebut
dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (US) setelah penyerahan diri
Jepang 1945. Bagian Utara merupakan basis komunis dan bagian Selatan merupakan
basis kapitalis. “Korea adalah korban dari perselisihan 2 ideologi yang beradu
pada saat perang dunia kedua. Yaitu ideologi komunis dan ideologi kapitalis
dalam hal ekonomi”, terangnya.
Selain itu, Korut juga tidak mungkin menyerang Korsel disebabkan oleh
tingkat kekuatan militer. Berdasarkan survi keamanan internasional, kekuatan
militer Korut berada diperingkat 28, sedangkan kekuatan militer Korsel berada
diperingkat 7. Alasan lainnya adalah Korsel memiliki sekutu AS, setiap negara
yang menggunakan nuklir dan menentang AS. Selalu bisa dikalahkan oleh AS,
sebagaimana nasib Saddam Husein (Irak) dan Muammar Khadafi (Libya) di Timur
Tengah.” Dengan memperhitungkan kekuatan militer serta melihat sekutu Korsel
adalah AS, maka tidak mungkin Korut berani menyerang Korsel. Selain itu ikatan
kekeluargaan sangatlah kuat”, jelas Prof. Yang Seung.
Prof. Yang mengungkapkan, alasan Korut menakut-nakuti dunia internasional
dengan senjata nuklir, merupakan strategi untuk mengadakan perundingan dengan
AS, yaitu meminta secara paksa AS pergi dari semenanjung Korea. Sehingga Korut
dan Korsel bisa bersatu. ”Jika dilihat, gertakan Korut menggunakan nuklir
tersebut bertujuan untuk melakukan perundingan dengan Amerika Serikat. Karena
yang menjadi masalah bagi Korut adalah ideologi (kapitalis) yang dibawa oleh AS
tersebut. Serta tujuan Korut adalah mengkomuniskan seluruh Korea”, ungkapnya.
Dalam penutupannya, Prof. Yang Seung mengatakan bahwa rakyat Korea sangat
tahu akan peribahasa kuno, yaitu “darah lebih kental dari air”. Oleh sebab itu
Korut tidak akan membabi buta menyerang Korsel, karena mereka akan membunuh
anak, kakek, nenek ataupun keluarga mereka sendiri. ”Jika Korut membom Korsel,
berarti mereka membunuh nenek dan kakek mereka sendiri, begitu juga sebaliknya
Korsel”, katanya dalam acara yang dihadiri oleh Ketua Jurusan HI UMY, Dr. Ali
Muhammad dan Direktur MPHI UMY, Dr. Surwandono tersebut. (syah
2.3.3
Israel Rangkul Turki Melawan Iran
Delegasi tingkat tinggi Israel, Senin (22/4), tiba di Ankara untuk
pembicaraan dengan pejabat tinggi Turki, membahas rekonsiliasi hubungan
Israel-Turki setelah kasus kapal Mavi Marmara.
Harian Israel, Haaretz, mengungkapkan, delegasi Israel terdiri atas
Penasihat Keamanan Nasional Yaakov Amidror dan utusan khusus Perdana Menteri
Israel untuk Turki, Joseph Ciechanover. Dua pejabat itu akan menemui Deputi PM
Turki Bulent Arinc dan Deputi Menteri Luar Negeri Turki Feridun Sinirlioglu.
Kunjungan itu didasari kebutuhan Israel untuk membangun aliansi melawan Iran. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir.
Hubungan Israel-Turki tiga tahun ini memburuk akibat insiden Mavi Marmara. Kasus itu dipicu aksi pasukan komando Israel menghadang kapal Mavi Marmara berlayar ke Jalur Gaza pada Mei 2010. Insiden itu menewaskan 9 aktivis Turki.
Turki menuntut Israel meminta maaf dan membayar ganti rugi sebagai syarat normalisasi hubungan kedua negara. Namun, Israel selalu menolak memenuhi tuntutan tersebut.
Kunjungan itu didasari kebutuhan Israel untuk membangun aliansi melawan Iran. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir.
Hubungan Israel-Turki tiga tahun ini memburuk akibat insiden Mavi Marmara. Kasus itu dipicu aksi pasukan komando Israel menghadang kapal Mavi Marmara berlayar ke Jalur Gaza pada Mei 2010. Insiden itu menewaskan 9 aktivis Turki.
Turki menuntut Israel meminta maaf dan membayar ganti rugi sebagai syarat normalisasi hubungan kedua negara. Namun, Israel selalu menolak memenuhi tuntutan tersebut.
Normalisasi
Amerika Serikat mendorong Turki-Israel menormalisasi hubungan untuk memperkuat posisi melawan Iran. Menlu AS John Kerry kepada Menlu Turki Ahmet Davutoglu di Istanbul, Minggu, mengatakan, AS ingin ada kemajuan dalam pembicaraan tentang insiden itu.
Amerika Serikat mendorong Turki-Israel menormalisasi hubungan untuk memperkuat posisi melawan Iran. Menlu AS John Kerry kepada Menlu Turki Ahmet Davutoglu di Istanbul, Minggu, mengatakan, AS ingin ada kemajuan dalam pembicaraan tentang insiden itu.
Adapun Presiden Barack Obama pada kunjungannya di Israel, 22 Maret,
meminta PM Benjamin Netanyahu agar Israel dan Turki berada dalam satu barisan.
Saat itu pula, Netanyahu menelepon PM Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menyampaikan penyesalan Israel atas insiden kapal Mavi Marmara dan kesediaan Israel membayar ganti rugi bagi korban tewas dari pihak Turki.
Menurut harian Inggris, The Sunday Times edisi Minggu, Amidrorr akan menawarkan solusi komprehensif kepada Turki dengan imbalan normalisasi hubungan kedua negara. Selain membayar ganti rugi kepada keluarga korban, Israel meminta kesepakatan Israel-Turki tahun 1996 dihidupkan lagi.
Kesepakatan itu mengizinkan pesawat tempur Israel berlatih di teritorial udara Turki dan menggunakan bandara militer Akinci dekat Ankara. Imbalannya, Turki bisa menggunakan pusat latihan Israel di Gurun Negev, Israel selatan. Dengan demikian, Iran bisa menggunakan wilayah udara Turki menuju Iran
Saat itu pula, Netanyahu menelepon PM Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menyampaikan penyesalan Israel atas insiden kapal Mavi Marmara dan kesediaan Israel membayar ganti rugi bagi korban tewas dari pihak Turki.
Menurut harian Inggris, The Sunday Times edisi Minggu, Amidrorr akan menawarkan solusi komprehensif kepada Turki dengan imbalan normalisasi hubungan kedua negara. Selain membayar ganti rugi kepada keluarga korban, Israel meminta kesepakatan Israel-Turki tahun 1996 dihidupkan lagi.
Kesepakatan itu mengizinkan pesawat tempur Israel berlatih di teritorial udara Turki dan menggunakan bandara militer Akinci dekat Ankara. Imbalannya, Turki bisa menggunakan pusat latihan Israel di Gurun Negev, Israel selatan. Dengan demikian, Iran bisa menggunakan wilayah udara Turki menuju Iran
2.3.4
Pemerintah Israel Mendapatkan Kecaman Dari Dunia
Internasional
Pemerintah
Israel mendapatkan kecaman dari dunia internasional, atas rencana mereka untuk
memperluas pembangunan pemukiman di wilayah pendudukan di Tepi Barat secara
signifikan.
Sekretaris
Jenderal PBB, Ban Ki-Moon menyatakan keprihatinan dan kekecewaanya yang
mendalam atas rencana Pemerintah Israel membangun lebih dari tiga ribu unit
rumah di wilayah Yerusalem Timur dan bagian lain dari Tepi Barat, termasuk
daerah yang dikenal sebagai wilayah E-1.
“Pemukiman
adalah ilegal berdasarkan hukum internasional dan, pembangunan di wilayah E-1
akan menjadi pukulan fatal bagi peluang yang tersisa untuk mengamankan solusi
dua negara,” ujar Ban, seperti dilansir oleh Sydney Morning Herald, Senin
(3/12/2012).
Kebijakan
Pemerintah Israel untuk memperluas pemukiman warganya di wilayah Tepi Barat
itu, keluar setelah Palestina berhasil memenangkan pemungutan suara di
Perserikatan Bangsa Bangsa), dan mendapatkan status negara pengamat non
anggota.
Dari 193 anggota Majelis Umum PBB, sebanyak 138 diantaranya mendukung
permpohonan Palestina tersebut, sementara hanya sembilan anggota yang
menentang, dan 41 abstain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hubungan dan kerjasama antar bangsa muncul karena tidak meratanya pembagian
kekayaan alam dan perkembangan industri di seluruh dunia sehingga terjadi
saling ketergantungan antara bangsa dan negara yang berbeda.Karena hubungan dan
kerjasama ini terjadi terus menerus, sangatlah penting untuk memelihara dan
mengaturnya sehingga bermanfaat dalam pengaturan khusus sehingga tumbuh rasa
persahabatan dan saling pengertian antar bangsa di dunia
DAFTAR PUSTAKA
http://thenewmebysr.blogspot.com/2013/10/makalah-hubungan-internasional.html


0 komentar:
Posting Komentar