KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji serta syukur saya pajatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat
dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Saya telah berusaha semaksimal
mungkin dengan segala kemampuan yang ada, saya juga menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena keterbatasan saya, yang mana
masih dalam tahap belajar, maka dengan hati terbuka saya akan seantiasa
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan makalah
selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Seni Tari ...................................................................................... 2
B.
Kekayaan Seni Tari ....................................................................................... 4
C.
Kekayaan Tari Berdasarkan Fungsinya ......................................................... 4
D.
Kekayaan Tari Berdasarkan Bentuk dan
Cara Penyajiannya ........................ 7
E.
Kekayaan Tari Berdasarkan
Konsep/Orientasi Harapan ............................... 8
F.
Kekayaan Tari Berdasarkan Tema ................................................................. 10
G. Kekayaan
Tari Berdasarkan Jenisnya ............................................................ 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam penulisan makalah ini, saya
ingin berbagi ilmu mengenai seni tari. Seni tari yang sering kita jumpai di
sanggar-sanggar tari, biasanya hanya mempelajari tekhnik geraknya saja.
Sementara pengetahuan tentang latar belakang dan ruang lingkup tari itu sendiri
sangat sedikit dipelajari. Dalam makalah ini saya mengetengahkan tentang definisi
tari, unsur-unsur tari, kekayaan seni tari berdasarkan (fungsinya, bentuk
penyajian, cara penyajian, konsep garapan, tema dan jenisnya). Selanjutnya
semoga makalah ini dapat menjadi manfaat bagi teman-teman semua.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Seni Tari
Seni
adalah pengalaman dalam bentuk medium indrawi yang menarik dan di tata dengan
rapi, yang di wujudkan untuk di komunikasikan dan di renungkan. Seni adalah
karya manusia yang dapat menimbulkan rasa senang dalam rohani kita.
Menurut Herbert Read “seni adalah suatu usaha
untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang demikian itu
memuaskan kesadaran keindahan kita dan rasa indah ini terpenuhi bila kita
menemukan kesatuan atau harmoni dari hubungan bentuk-bentuk yang kita amati
itu”. Keindahan adalah sesuatu yng dapat menimbulkan rasa senang dan seni
adalah keindahan.
Tari merupakan
salah satu bentuk kesenian yang memiliki media ungkap atau substansi gerak, dan
gerak yang terungkap adalah gerak manusia. Gerak-gerak dalam tari bukanlah
gerak realistis atau gerak keseharian, melainkan gerak yang telah diberi bentuk
ekspresif.
Gerak ekspresif
ialah gerak yang indah, yang bisa menggetarkan perasaan manusia. Gerak yang di
stilir mengandung ritme tertentu,yang dapat memberikan kepuasan batin manusia.
Gerak yang indah bukan hanya gerak-gerak yang halus saja, tetapi gerak-gerak
yang kasar, keras, kuat, penuh dengan tekanan-tekanan, serta gerak anehpun
dapat merupakan gerak yang indah. Gerak merupakan elemen pertama dalam tari, maka
ritme merupakan elemen kedua yang juga sangat penting dalam tari.
Soedarsono
mengetengahkan sebuah definisi “Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang di
ungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. untuk menghasilkan gerak yang
indah membutuhkan proses pengolahan atau penggarapan terlebih dahulu,
pengolahan unsur keindahannya bersipat stilatif dan distortif.”
1. Gerak
Stilatif yaitu : gerak yang telah mengalami proses pengolahan (penghalusan)
yang mengarah pada benuk-bentuk yang indah.
2. Gerak
Distorsif yaitu : pengolahan gerak melalui proses perombakan dari aslinya dan
merupakan salah satu proses stilasi.
Dari
hasil pengolahan gerak yang telah mengalami stilasi dan distorsi lahirlah dua
jenis gerak tari yaitu, gerak murni (pure movement) dan gerak maknawi.
1. Gerak
murni: dalam pengolahannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian tertentu, yang dipentingkan factor keindahan
gerak saja.
2. Gerak
maknawi: dalam pengolahannya mengandung suatu pengertian atau maksud tertentu,
disamping keindahannya. Gerak maknawi disebut juga gerak Gesture, bersifat
menirukan (imitative dan mimitif).
a. Imitatif
adalah gerak peniruan dari binatang dan alam.
b. Mimitif
adalah gerak peniruan dari gerak-gerik manusia.
Tari
merupakan komposisi gerak, berdasarkan bentuknya ada 2 jenis tariyaitu :
1. Tari
Representasional yaitu tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas. Tari
bersumber pada kehidupan sehari-hari.
Contoh: Tari perang,
tari tani dll.
2. Tari
Non Representasional yaitu tari yang idak menggambarkan sesuatu, menekankan
pada keindahan gerak semata.
Keindahan
dalam seni tari tidak hanya pada gerak tubuh, untuk keutuhannya memerlukan
dukungan seni lain sebagai kelengkapan seperti: busana, rias, property, musik,
tata pentas, drama dan sastra. Sehingga seni tari menjadi bentuk seni yang
komplek, yang mengandung beberapa macam unsur seni.
B.
Kekayaan
Seni Tari
Berdasarkan
unsur-unsur gerak. Unsur-unsur yang terdapat dalam gerak tari terdiri dari:
1. Tenaga
: Unsur tenaga terdapat pada intensitas tekanan atau aksen dan kualitas pengaliran energi untuk mewujudkan gerak
yang diharapkan.
2. Unsur
Ruang : Unsur ruang terdapat pada perlakuan melakukan bentuk–bentuk dan arah
gerak disesuaikan dengan tuntutan kesesuaiannya baik dengan ruang pribadi
maupun ruang umum.
Ruang pribadi diartikan sebagai ungkapan
gerak tubuh yang berkaitan dengan volume atau ukuran besar kecilnya atau
terbuka dan tertutupnya gerak, level atau ukuran tinggi rendahnya posisi tubuh
pada saat melakukan gerakan dalam keadaanditempat.
Ruang umumdiartikan sebagai ungkapan
gerak tubuh “ruang pribadi”, yang dilakukan berkesinambungan sehingga
menimbulkan perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat lain, atau yang
disebut arah hidup (arah bergerak).
3. Waktu
Unsur waktu dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu : Irama, yaitu suatu ukuran/ketetapan waktu
yang dijadikan patokan atau pijakan/rel pada saat melakukan gerak (lambat,
sedang, cepat).
Ritme,
yaitu pengaturan waktu melakukan rangkaian gerak dalam patokaniramatertentu.
Tempo,
yaitu ukuran waktu yang dipergunakan dalam melakukan suatu ragam gerak tari.
Waktu yang diukur oleh perasaan pelaku disesuaikan dengan rasa
irama/musikalitasnya.
C.
Kekayaan
Tari Berdasarkan Fungsinya
Tari tumbuh dan
berkembang dari jaman ke jaman sesuai dengan berkembangnya taraf kehidupan
manusia di dunia ini termasuk pula kondisi alam/lingkungan, sosial dan
kepercayaan/agamanya (religi) atau lebih luasnya lagi dengan perkembangan
budayanya.
1. Tari
Dalam Fungsi Sosial
Tari dalam
kehidupan sosial masyarakat memiliki tiga fungsi utama yaitu:
a. Tari
untuk kebutuhan upacara kepercayaan (religi), disebut tari upacara.
b. Tari
untuk kebutuhan hiburan/kesenangan, disebut tari hiburan/pergaulan.
c. Tari
untuk memberikan kesenangan kepada pihak lain (penonton), disebut
taripertunjukan.
a.
Tari
Upacara
Tarian
ini lahir merupakan dampak dari aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemujaan dalam kepercayaannya yang bersifat magis dan sakral.
Tari upacara merupakan tari yang paling tua, karena tarian ini telah muncul
pada masa peradaban manusia masih primitif (sederhana), dimana manusia dijaman
itu masih memiliki intelektual yang rendah dan masih memiliki keterbatasan
kemampuan berpikir serta menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan
totemisme.
Kondisi
tari upacara bila ditinjau dari segi koreografi, rias dan busananya, musik
pengiring, tempat dan cara penyajiannya sangat sederhana, karena kita maklumi
tarian upacara bukan bentuk tari hasil dari penataan khusus, akan tetapi hanya
merupakan gerak-gerak spontan sebagai ekspresi dari gerak-gerik penyelenggaraan
pemujaannya. Demikian pula rias dan busana, musik pengiring, tempat dan cara
pementasannya sangat tergantung kepada tujuan dan kondisi dari penyelenggaraan
upacaranya. Keindahan yang terlahir dari gerak-gerak yang sangat didukung oleh
kekuatan ekspresi danritme dalam penyampaian harapannya (tujuan dari
pemujaannya). Bentuk tari upacara ini hidup dimana-mana di dunia ini, akan
tetapi sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial masyarakatnya ada yang masih
bertahan hidup, dikarenakan tarian tersebutmasih relevan dengan kebutuhan
masyarakatnya, dan banyak yang sudah punah dikarenakan sudah tidak relevan lagi
dengan kondisi kehidupan masyarakatnya, atau bisa bertahan dikarenakan sudah
beralih fungsi ke bentuk tari lain seperti menjadi tari hiburan atau
pertunjukan.
b.
Tari
Hiburan
“Adapun
yang termasuk tari-tarian hiburan, tari-tarian dimana titik berat tarian
tersebut bukanlah keindahan, tetapi lebih pada segi hiburan, dan umumnya
merupakan tarian pergaulan”. Dalam tarian ini akan terlihat lebih mementingkan
kepuasan pribadi (indivdu) pelakunya dari pada kepuasan bagi orang yang
melihatnya (penonton), yang penting mereka bisa bergerak sepuasnya sesuai
dengan alunan irama yang diikutinya.
Yang
dimaksud dengan tari sebagai media pergaulan di sini, pada dasarnya berlatar
belakang dilakukan secara terpadu bersama-sama, baik oleh semua laki-laki,
semua perempuan maupun laki-laki sama perempuan. Bahkan semaraknya fenomena ini
antara lain bahwa semua orang yang hadir di tempat itu berhak dan layak tampil,
tak ada garis pemisahan tarapelaku atau penari dengan penonton.
Sebenarnya
terjadinya perlakuan-perlakuan yang melanggar kesusilaan. Hal ini cukup
meresahkan masyarakat serta merendahkan citra keseniannya. Oleh karena itu
setelahnya jaman kemerdekaan tingkat intelektual masyarakat secara umum
(pendidikan dan ajaran agama) tambah maju, juga pemerintah tanggap atas
unsur-unsur negatif tersebut, sedikit demi sedikit unsur-unsur negatifnya
ditertibkan sehingga muncul tari hiburan yang lebih murni menggunakan media
gerak tari. Bahkan muncul adanya perubahan fungsi yang asalnya bentuk tari
hiburan melaluipengolahan/penggarapan tertentu menjadi bentuk tari
pertunjukan/tontonan.
c.
Tari
Pertunjukan
Tari
pertunjukan merupakan ekspresi jiwa yang didominir oleh akal. Maksudnya tari
pertunjukan dalam proses karyanya lebih banyak menggunakan akal/pemikiran,
karena tarian ini sengaja dibuat untuk disajikan dan memberikan kesenangan
kepada pihak lain/penononton, melalui perencanaan (pembuatan konsep / naskah), pengolahan
/ penggarapan, serta penampilan hasil karya (pementasan), tertata dengan baik
secara artistik untuk mewujudkan suatu tontonan yang dapat memberikan
kepuasan/kesenangan bagi penonton/apresiatornya. Pada fungsi inilah tari
terwujud lewat ekspresi penari menjadi media komunikasi estetik antara
penggarap atau koreografer dengan para penontonnya. Sehingga tarian ini disebut
juga berfungsi sebagai presentasi estetis.
2. Tari
Dalam Fungsi Pendidikan
Pendidikan dapat
diartikan sebagai sebuah proses dengan metoda-metoda tertentusehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai dengan
kebutuhan (lihat Psikologi Pendidikan, 2006 :10).
Peranan seni
tari dalam pendidikan diartikan bagaimana dampak positif dari aktivitas manusia
dalam seni tari dan bagaimana pengaruh positifnya terhadap kehidupan manusia
baik secara individu maupun kelompok.
3. Tari
Dalam Fungsi Ekonomi
Maksudnya ialah
kehidupan dalam dunia seni tari bila dilaksanakan secara profesional, akan
menimbulkan pertumbuhan ekonomi bagi kehidupan pelaku, pengelola, bahkan lebih
luasnya lagi menjadi sumber defisa negara yang berkaitan dengan dunia
pariwisata.
D.
Kekayaan
Tari Berdasarkan Bentuk dan Cara Penyajiannya
Setiap
penyajian tari akan tampak jelas aneka ragam bentuk koreografinya,bentuk-bentukpenyajian
tarisebagai berikut :
Tari Tunggal,
adalah tarian yang dilakukan oleh seorang penari. Gerakannya mencapai tingkat
kerumitan tertinggi dibanding dengan bentuk tari lainnya.
Tari Rampak,
adalah tari yang dilakukan oleh lebih dari seorang penari dengan
gerakan-gerakannya yang seragam (rampak). Untuk memenuhi keseragaman gerak maka
akan terjadi penyederhanaan gerak. Atau memang sudah ditata sedemikian rupa
sehingga tingkat kerumitannya tidak terlalu menyulitkan untuk dilakukan
seragam.
Tari
Berpasangan,adalah tarian yang dilakukan berdua dengan gerakannya sebagian
berlainan satu sama lain, tetapi antar penari merupakan satu kepaduan disebut
duet. Bentuk perkembangan lainnya ada yang ditarikan bertiga (Trio) dan paduan dari
empat penari yang disebut Quartet.
Tari Paduan
Kelompok, adalah karya tari dimana dua atau lebih kelompok,penari yang
gerakannya antar kelompok itu berlainan. Umpamanya tari tunggal tampil dengan
tari rampak yang masing-masing gerakannya berlainan tetapi antara keduanya ada
keterpaduan jalinan. Dapat pula terjadi ditampilkan bersamaan bentuk tari
tunggal dengan tari berpasangan, atau tari berpasangan bersama tari
rampak.Dramatari, adalah karya tari yang berpola pada adegan-adegan serta alur
ceritera atau plot.
Kekayaan Tari Berdasarkan
Cara Penyajiannya. Cara penyajian atau penampilan seni tari pada prinsifnya
terdiri dari dua cara yaitu:
1. Statis,
artinya penyajian tari yang diselenggarakan pada satu tempat tertentu, biasanya
tempatnya berbentuk panggung (stage) baik yang berbentukprosenium maupun arena.
2. Mobile/berjalan,
artinya penyajian tari yang diselenggarakan tidak diam di satu tempat, akan
tetapi dengan cara sambil berjalan/berpindah tempat dari satu tempat ke tempat
yang lain. Cara penyajian ini disebut pula “Helaran, Pawai, Arak-arakan”,
istilah Jawa disebut “Dolanan”. Tari-tarian yang disajikan dengan cara ini
banyak hidup di daerah-daerah yang biasanya diselenggarakan berkaitan dengan
berbagai acara dan upacara.
E.
Kekayaan
Tari Berdasarkan Konsep/Orientasi Harapan
Dalam lingkup
konsep orientasi kekayaan tari pertunjukan dapat dibagi menjadi: Tari
Tradisional dan Tari Kreasi.
1. Tari
Tradisional
Tari
tradisional adalah tari yang telah melampaui perjalanan perkembangannya cukup
lama, dan senantiasa berfikir pada pola-pola yang telah mentradisi. Tarian ini
digolongkan atas tari tradisional Kerakyatan dan tari tradisional Bangsawan / Keraton
/ Klasik.
Tari
tradisional kerakyatan, yaitu tari yang hidup dan berkembang di kalangan
rakyat. Pada jaman feodal di Indonesia ditandai dengan munculnya kerajaan Hindu
pada sekitar tahun 400 M. Mulai saat itu di Indonesia terdapat dua golongan
masyarakat yaitu golongan Bangsawan dan Raja sebagai golongan kaya dan
berkuasa, serta golongan rakyat jelata. Tari yang hidup di kalangan rakyat
sesuai dengankehidupan sosial masyarakatnya, masih sederhana dan banyak
berpijak warisan seni tradisional. Faktor alam serta lingkungan dan agama / kepercayaan,
sangat berpengaruh terhadap bentuk-bentuk seni tarinya. Sehingga tari tradisional
kerakyatan sangat beraneka ragam sesuai dengan kondisi rakyat, alam dan agama /
kepercayaannya.
Tari
tradisional Keraton/Bangsawan/Klasik, adalah tari yang semula berkembang di
kalangan kerajaan dan bangsawan, telah mencapai kristalisasi artistik yang
tinggi dan telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang sehingga
memiliki pula nilai tradisional. Tetapi tari tradisional belum tentu bernilai
klasik, sebab tari klasik selain mempunyai ciri tradisional harus pula memiliki
nilai artistik yang tinggi. Istilah klasik berasal dari kata Classici, yaitu
nama golongan masyarakat yang paling tinggi pada jaman Romawi Kuno.
2. Tari
Kreasi
Yang
dimaksud dengan tari kreasi di sini adalah suatu bentuk garapan/karya tari
setelahnya bentuk-bentuk tari tradisi hidup berkembang cukup lama di
masyarakat. Bentuk tarian ini bermunculan sebagai ungkapan rasa bebas, mulai
ada gejalanya setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebebasan ini
mendorong pula kreativitas para seniman tari, setelahnya melihat/merasakan ada
perubahan jaman dalam kehidupan masyarakatnya dan menjadikan motivasi untuk
membuat karya-karya baru memenuhi kebutuhan jamannya pada garis besarnya tari
kreasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Tari
Kreasi Baru Berpolakan Tradisi
Yaitu tari kreasi yang
garapannya dilandasi olehkaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi,
musik/karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun ada
pengembangan tidak menghilangkan esensiketradisiannya.
2. Tari
Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (Non Tradisi)
Tari Kreasi yang
garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi,
musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun tarian ini tidak
menggunakan pola-pola tradisi, tidak berarti sama sekali tidak menggunakan
unsur-unsur tari tradisi, mungkin saja masih menggunakannya tergantung pada
konsep gagasan penggarapnya. Tarian ini disebut juga tari modern, yang
istilahnya berasal dari kata Latin “modo” yang berarti baru saja.
F.
Kekayaan
Tari Berdasarkan Tema
Yang dimaksud
dengan tema di dalam tari ialah kandungan isi ungkapan koreografi yang sesuai dengan
konsep garapannya. Berdasarkan tema yang digarap, komposisi tari dapat
dibedakan antara yang diolah berdasarkan tema literer dan non literer. Komposisi
tari literer adalah komposisi tari yang digarap dengan tujuan untuk
menyampaikan pesan-pesan seperti : ceritera, pengalaman pribadi, interpretasi
karya sastra, dongeng, legenda, ceritera rakyat, sejarah dan sebagainya.
Sedangkan komposisi tari non literer adalah komposisi tari yang semata-mata
diolah berdasarkan penjelajahan dan penggarapan keindahan unsur-unsur gerak:
ruang, waktu dan tenaga. Bentuk yang kedua ini dapat digarap berdasarkan
pengembangan berbagai macam aspek: interpretasi (tafsiran) musik, penjelajahan
gerak, eksplorasi permainan suara, permainan cahaya atau unsur-unsur estetis
lainnya (Sal Murgiyanto,1986:123).
Dengan demikian
tema literer yang terkandung dalam tari terdiri dari : ketuhanan, kemanusiaan,
alam dan binatang, dang ungkapan isinya tentang erotik (percintaan/kebirahian),
heroik (kepahlawanan), pantomimik (peniruan) dan komikal (komedi).
G.
Kekayaan
Tari Berdasarkan Jenisnya
Kekayaan tari
berdasarkan jenisnya mengarah kepada penggolongan tari menurut konsep
penggarapan koreografinya, yang terdiri dari: Tari Putri, Tari Putra dan
campuranPutridanPutra.
1. Tari
Putri, yaitu bentuk tari menurut konsep penggarapan tema dan koreografinya
tentang kondisi putri/wanita, dan biasanya dilakukan oleh putri / wanita.
2. Tari
Putra, yaitu bentuk tari menurut konsep penggarapan tema dan koreografinya
tentang kondisi putra/laki-laki, dan biasa dilakukan tidak hanya oleh
laki-laki/putra saja, akan tetapi bisa pula dilakukan oleh kaum wanita
(travesti).
Tari
campuran Putra dan putri, yaitu bentuk tari menurut konsep penggarapan tema dan
koreografinya tentang putra dan putri yang ditata secara terpadu dan harmonis,
biasa dilakukan oleh wanita untuk konsep tari putrinya, dan dilakukanoleh
laki-laki atau bisa pula oleh perempuan untuk konsep tari putranya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
uraian yang saya tuliskan dalam makalah
ini, bahwa seni tari merupakan sebuah karya manusia yang diekspresikan dalam
gerak –gerak yang indah. Di mana setiap unsure geraknya mempunyai arti dan
tujuan dari sang koreografinya. Gerak seni tari bukan hanya tertumpu pada tubuh
saja tetapi kelengkapan tari (Rias, busana, musik,dll ) menjadi kebutuhan yang
sangat terkait.
Berbagai
macam tari yang sering kita lihat banyak di pengaruhi oleh fungsi social
seperti tari upacara, tari hiburan dan tari pertunjukkan. Sementara bedasarkan
penyajiannya bentuk tarian terbagi atas tari tunggal, tari rampak, tari
berpasangan dan tari paduan berpasangan. Cara penyajiannya dapat secara
Statisdan Mobile.
Konsep
garapan pada seni tari terbagi menjadi tari tradisional dan tari kreasi dengan
tema Literer dan Non Literer sebagai acuan konsep garapan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Robby. 2005. Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Malang : Banjar Seni
Gantar Gumelar.
Kurnia,
Ganjar. 2003. Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung : Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Jawa Barat.
Nana
Priatna, Ade. 2008. Kurikulum Seni Tari. (Tanpa Kota Tanpa Penerbit).
Rusliana,
Iyus. 1990. Pendidikan Seni Tari : Buku Guru Sekolah Dasar. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soedarsono.
1978. Pengantar Pengetahuan Komposisi Tari. Yogyakarta : Akademi Seni Tari
Indonesia Yogyakarta.


1 komentar:
izin copast
Posting Komentar