Jumat, 24 Oktober 2014

Makalah Seni Tari



KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah segala puji serta syukur saya pajatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
            Saya telah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang ada, saya juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena keterbatasan saya, yang mana masih dalam tahap belajar, maka dengan hati terbuka saya akan seantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan makalah selanjutnya.

 Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Seni Tari ...................................................................................... 2
B.     Kekayaan Seni Tari ....................................................................................... 4
C.     Kekayaan Tari Berdasarkan Fungsinya ......................................................... 4
D.    Kekayaan Tari Berdasarkan Bentuk dan Cara Penyajiannya ........................ 7
E.     Kekayaan Tari Berdasarkan Konsep/Orientasi Harapan ............................... 8
F.      Kekayaan Tari Berdasarkan Tema ................................................................. 10
G.    Kekayaan Tari Berdasarkan Jenisnya ............................................................ 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam penulisan makalah ini, saya ingin berbagi ilmu mengenai seni tari. Seni tari yang sering kita jumpai di sanggar-sanggar tari, biasanya hanya mempelajari tekhnik geraknya saja. Sementara pengetahuan tentang latar belakang dan ruang lingkup tari itu sendiri sangat sedikit dipelajari. Dalam makalah ini saya mengetengahkan tentang definisi tari, unsur-unsur tari, kekayaan seni tari berdasarkan (fungsinya, bentuk penyajian, cara penyajian, konsep garapan, tema dan jenisnya). Selanjutnya semoga makalah ini dapat menjadi manfaat bagi teman-teman semua.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Seni Tari
Seni adalah pengalaman dalam bentuk medium indrawi yang menarik dan di tata dengan rapi, yang di wujudkan untuk di komunikasikan dan di renungkan. Seni adalah karya manusia yang dapat menimbulkan rasa senang dalam rohani kita.
Menurut Herbert Read “seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang demikian itu memuaskan kesadaran keindahan kita dan rasa indah ini terpenuhi bila kita menemukan kesatuan atau harmoni dari hubungan bentuk-bentuk yang kita amati itu”. Keindahan adalah sesuatu yng dapat menimbulkan rasa senang dan seni adalah keindahan.
Tari merupakan salah satu bentuk kesenian yang memiliki media ungkap atau substansi gerak, dan gerak yang terungkap adalah gerak manusia. Gerak-gerak dalam tari bukanlah gerak realistis atau gerak keseharian, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif.
Gerak ekspresif ialah gerak yang indah, yang bisa menggetarkan perasaan manusia. Gerak yang di stilir mengandung ritme tertentu,yang dapat memberikan kepuasan batin manusia. Gerak yang indah bukan hanya gerak-gerak yang halus saja, tetapi gerak-gerak yang kasar, keras, kuat, penuh dengan tekanan-tekanan, serta gerak anehpun dapat merupakan gerak yang indah. Gerak merupakan elemen pertama dalam tari, maka ritme merupakan elemen kedua yang juga sangat penting dalam tari.


Soedarsono mengetengahkan sebuah definisi “Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang di ungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. untuk menghasilkan gerak yang indah membutuhkan proses pengolahan atau penggarapan terlebih dahulu, pengolahan unsur keindahannya bersipat stilatif dan distortif.”
1.      Gerak Stilatif yaitu : gerak yang telah mengalami proses pengolahan (penghalusan) yang mengarah pada benuk-bentuk yang indah.
2.      Gerak Distorsif yaitu : pengolahan gerak melalui proses perombakan dari aslinya dan merupakan salah satu proses stilasi.
Dari hasil pengolahan gerak yang telah mengalami stilasi dan distorsi lahirlah dua jenis gerak tari yaitu, gerak murni (pure movement) dan gerak maknawi.
1.      Gerak murni: dalam pengolahannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian   tertentu, yang dipentingkan factor keindahan gerak saja.
2.      Gerak maknawi: dalam pengolahannya mengandung suatu pengertian atau maksud tertentu, disamping keindahannya. Gerak maknawi disebut juga gerak Gesture, bersifat menirukan (imitative dan  mimitif).
a.       Imitatif adalah gerak peniruan dari binatang dan alam.
b.      Mimitif adalah gerak peniruan dari gerak-gerik manusia.
Tari merupakan komposisi gerak, berdasarkan bentuknya ada 2 jenis tariyaitu :
1.      Tari Representasional yaitu tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas. Tari bersumber pada kehidupan sehari-hari.
Contoh: Tari perang, tari tani dll.
2.      Tari Non Representasional yaitu tari yang idak menggambarkan sesuatu, menekankan pada keindahan gerak semata.
Keindahan dalam seni tari tidak hanya pada gerak tubuh, untuk keutuhannya memerlukan dukungan seni lain sebagai kelengkapan seperti: busana, rias, property, musik, tata pentas, drama dan sastra. Sehingga seni tari menjadi bentuk seni yang komplek, yang mengandung beberapa macam unsur seni.


B.     Kekayaan Seni Tari
Berdasarkan unsur-unsur gerak. Unsur-unsur yang terdapat dalam gerak tari terdiri dari:
1.      Tenaga : Unsur tenaga terdapat pada intensitas tekanan atau aksen dan kualitas   pengaliran energi untuk mewujudkan gerak yang diharapkan.
2.      Unsur Ruang : Unsur ruang terdapat pada perlakuan melakukan bentuk–bentuk dan arah gerak disesuaikan dengan tuntutan kesesuaiannya baik dengan ruang pribadi maupun ruang umum.
Ruang pribadi diartikan sebagai ungkapan gerak tubuh yang berkaitan dengan volume atau ukuran besar kecilnya atau terbuka dan tertutupnya gerak, level atau ukuran tinggi rendahnya posisi tubuh pada saat melakukan gerakan dalam keadaanditempat.
Ruang umumdiartikan sebagai ungkapan gerak tubuh “ruang pribadi”, yang dilakukan berkesinambungan sehingga menimbulkan perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat lain, atau yang disebut arah hidup (arah bergerak).
3.      Waktu
Unsur waktu dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : Irama, yaitu suatu ukuran/ketetapan waktu yang dijadikan patokan atau pijakan/rel pada saat melakukan gerak (lambat, sedang, cepat).
Ritme, yaitu pengaturan waktu melakukan rangkaian gerak dalam patokaniramatertentu.
Tempo, yaitu ukuran waktu yang dipergunakan dalam melakukan suatu ragam gerak tari. Waktu yang diukur oleh perasaan pelaku disesuaikan dengan rasa irama/musikalitasnya.

C.    Kekayaan Tari Berdasarkan Fungsinya
Tari tumbuh dan berkembang dari jaman ke jaman sesuai dengan berkembangnya taraf kehidupan manusia di dunia ini termasuk pula kondisi alam/lingkungan, sosial dan kepercayaan/agamanya (religi) atau lebih luasnya lagi dengan perkembangan budayanya.
1.      Tari Dalam Fungsi Sosial
Tari dalam kehidupan sosial masyarakat memiliki tiga fungsi utama yaitu:
a.       Tari untuk kebutuhan upacara kepercayaan (religi), disebut tari upacara.
b.      Tari untuk kebutuhan hiburan/kesenangan, disebut tari hiburan/pergaulan.
c.       Tari untuk memberikan kesenangan kepada pihak lain (penonton), disebut taripertunjukan.
a.      Tari Upacara
Tarian ini lahir merupakan dampak dari aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemujaan dalam kepercayaannya yang bersifat magis dan sakral. Tari upacara merupakan tari yang paling tua, karena tarian ini telah muncul pada masa peradaban manusia masih primitif (sederhana), dimana manusia dijaman itu masih memiliki intelektual yang rendah dan masih memiliki keterbatasan kemampuan berpikir serta menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan totemisme.
Kondisi tari upacara bila ditinjau dari segi koreografi, rias dan busananya, musik pengiring, tempat dan cara penyajiannya sangat sederhana, karena kita maklumi tarian upacara bukan bentuk tari hasil dari penataan khusus, akan tetapi hanya merupakan gerak-gerak spontan sebagai ekspresi dari gerak-gerik penyelenggaraan pemujaannya. Demikian pula rias dan busana, musik pengiring, tempat dan cara pementasannya sangat tergantung kepada tujuan dan kondisi dari penyelenggaraan upacaranya. Keindahan yang terlahir dari gerak-gerak yang sangat didukung oleh kekuatan ekspresi danritme dalam penyampaian harapannya (tujuan dari pemujaannya). Bentuk tari upacara ini hidup dimana-mana di dunia ini, akan tetapi sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial masyarakatnya ada yang masih bertahan hidup, dikarenakan tarian tersebutmasih relevan dengan kebutuhan masyarakatnya, dan banyak yang sudah punah dikarenakan sudah tidak relevan lagi dengan kondisi kehidupan masyarakatnya, atau bisa bertahan dikarenakan sudah beralih fungsi ke bentuk tari lain seperti menjadi tari hiburan atau pertunjukan.
b.      Tari Hiburan
“Adapun yang termasuk tari-tarian hiburan, tari-tarian dimana titik berat tarian tersebut bukanlah keindahan, tetapi lebih pada segi hiburan, dan umumnya merupakan tarian pergaulan”. Dalam tarian ini akan terlihat lebih mementingkan kepuasan pribadi (indivdu) pelakunya dari pada kepuasan bagi orang yang melihatnya (penonton), yang penting mereka bisa bergerak sepuasnya sesuai dengan alunan irama yang diikutinya.
Yang dimaksud dengan tari sebagai media pergaulan di sini, pada dasarnya berlatar belakang dilakukan secara terpadu bersama-sama, baik oleh semua laki-laki, semua perempuan maupun laki-laki sama perempuan. Bahkan semaraknya fenomena ini antara lain bahwa semua orang yang hadir di tempat itu berhak dan layak tampil, tak ada garis pemisahan tarapelaku atau penari dengan penonton.
Sebenarnya terjadinya perlakuan-perlakuan yang melanggar kesusilaan. Hal ini cukup meresahkan masyarakat serta merendahkan citra keseniannya. Oleh karena itu setelahnya jaman kemerdekaan tingkat intelektual masyarakat secara umum (pendidikan dan ajaran agama) tambah maju, juga pemerintah tanggap atas unsur-unsur negatif tersebut, sedikit demi sedikit unsur-unsur negatifnya ditertibkan sehingga muncul tari hiburan yang lebih murni menggunakan media gerak tari. Bahkan muncul adanya perubahan fungsi yang asalnya bentuk tari hiburan melaluipengolahan/penggarapan tertentu menjadi bentuk tari pertunjukan/tontonan.
c.       Tari Pertunjukan
Tari pertunjukan merupakan ekspresi jiwa yang didominir oleh akal. Maksudnya tari pertunjukan dalam proses karyanya lebih banyak menggunakan akal/pemikiran, karena tarian ini sengaja dibuat untuk disajikan dan memberikan kesenangan kepada pihak lain/penononton, melalui perencanaan (pembuatan konsep / naskah), pengolahan / penggarapan, serta penampilan hasil karya (pementasan), tertata dengan baik secara artistik untuk mewujudkan suatu tontonan yang dapat memberikan kepuasan/kesenangan bagi penonton/apresiatornya. Pada fungsi inilah tari terwujud lewat ekspresi penari menjadi media komunikasi estetik antara penggarap atau koreografer dengan para penontonnya. Sehingga tarian ini disebut juga berfungsi sebagai presentasi estetis.
2.      Tari Dalam Fungsi Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metoda-metoda tertentusehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan (lihat Psikologi Pendidikan, 2006 :10).
Peranan seni tari dalam pendidikan diartikan bagaimana dampak positif dari aktivitas manusia dalam seni tari dan bagaimana pengaruh positifnya terhadap kehidupan manusia baik secara individu maupun kelompok.
3.      Tari Dalam Fungsi Ekonomi
Maksudnya ialah kehidupan dalam dunia seni tari bila dilaksanakan secara profesional, akan menimbulkan pertumbuhan ekonomi bagi kehidupan pelaku, pengelola, bahkan lebih luasnya lagi menjadi sumber defisa negara yang berkaitan dengan dunia pariwisata.

D.    Kekayaan Tari Berdasarkan Bentuk dan Cara Penyajiannya
Setiap penyajian tari akan tampak jelas aneka ragam bentuk koreografinya,bentuk-bentukpenyajian tarisebagai berikut :
Tari Tunggal, adalah tarian yang dilakukan oleh seorang penari. Gerakannya mencapai tingkat kerumitan tertinggi dibanding dengan bentuk tari lainnya.
Tari Rampak, adalah tari yang dilakukan oleh lebih dari seorang penari dengan gerakan-gerakannya yang seragam (rampak). Untuk memenuhi keseragaman gerak maka akan terjadi penyederhanaan gerak. Atau memang sudah ditata sedemikian rupa sehingga tingkat kerumitannya tidak terlalu menyulitkan untuk dilakukan seragam.
Tari Berpasangan,adalah tarian yang dilakukan berdua dengan gerakannya sebagian berlainan satu sama lain, tetapi antar penari merupakan satu kepaduan disebut duet. Bentuk perkembangan lainnya ada yang ditarikan bertiga (Trio) dan paduan dari empat penari yang disebut Quartet.
Tari Paduan Kelompok, adalah karya tari dimana dua atau lebih kelompok,penari yang gerakannya antar kelompok itu berlainan. Umpamanya tari tunggal tampil dengan tari rampak yang masing-masing gerakannya berlainan tetapi antara keduanya ada keterpaduan jalinan. Dapat pula terjadi ditampilkan bersamaan bentuk tari tunggal dengan tari berpasangan, atau tari berpasangan bersama tari rampak.Dramatari, adalah karya tari yang berpola pada adegan-adegan serta alur ceritera atau  plot.
Kekayaan Tari Berdasarkan Cara Penyajiannya. Cara penyajian atau penampilan seni tari pada prinsifnya terdiri dari dua cara yaitu:
1.      Statis, artinya penyajian tari yang diselenggarakan pada satu tempat tertentu, biasanya tempatnya berbentuk panggung (stage) baik yang berbentukprosenium maupun arena.
2.      Mobile/berjalan, artinya penyajian tari yang diselenggarakan tidak diam di satu tempat, akan tetapi dengan cara sambil berjalan/berpindah tempat dari satu tempat ke tempat yang lain. Cara penyajian ini disebut pula “Helaran, Pawai, Arak-arakan”, istilah Jawa disebut “Dolanan”. Tari-tarian yang disajikan dengan cara ini banyak hidup di daerah-daerah yang biasanya diselenggarakan berkaitan dengan berbagai acara dan upacara.
E.     Kekayaan Tari Berdasarkan Konsep/Orientasi Harapan
Dalam lingkup konsep orientasi kekayaan tari pertunjukan dapat dibagi menjadi: Tari Tradisional dan Tari Kreasi.
1.      Tari Tradisional
Tari tradisional adalah tari yang telah melampaui perjalanan perkembangannya cukup lama, dan senantiasa berfikir pada pola-pola yang telah mentradisi. Tarian ini digolongkan atas tari tradisional Kerakyatan dan tari tradisional Bangsawan / Keraton / Klasik.
Tari tradisional kerakyatan, yaitu tari yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat. Pada jaman feodal di Indonesia ditandai dengan munculnya kerajaan Hindu pada sekitar tahun 400 M. Mulai saat itu di Indonesia terdapat dua golongan masyarakat yaitu golongan Bangsawan dan Raja sebagai golongan kaya dan berkuasa, serta golongan rakyat jelata. Tari yang hidup di kalangan rakyat sesuai dengankehidupan sosial masyarakatnya, masih sederhana dan banyak berpijak warisan seni tradisional. Faktor alam serta lingkungan dan agama / kepercayaan, sangat berpengaruh terhadap bentuk-bentuk seni tarinya. Sehingga tari tradisional kerakyatan sangat beraneka ragam sesuai dengan kondisi rakyat, alam dan agama / kepercayaannya.
Tari tradisional Keraton/Bangsawan/Klasik, adalah tari yang semula berkembang di kalangan kerajaan dan bangsawan, telah mencapai kristalisasi artistik yang tinggi dan telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang sehingga memiliki pula nilai tradisional. Tetapi tari tradisional belum tentu bernilai klasik, sebab tari klasik selain mempunyai ciri tradisional harus pula memiliki nilai artistik yang tinggi. Istilah klasik berasal dari kata Classici, yaitu nama golongan masyarakat yang paling tinggi pada jaman Romawi Kuno.
2.      Tari Kreasi
Yang dimaksud dengan tari kreasi di sini adalah suatu bentuk garapan/karya tari setelahnya bentuk-bentuk tari tradisi hidup berkembang cukup lama di masyarakat. Bentuk tarian ini bermunculan sebagai ungkapan rasa bebas, mulai ada gejalanya setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebebasan ini mendorong pula kreativitas para seniman tari, setelahnya melihat/merasakan ada perubahan jaman dalam kehidupan masyarakatnya dan menjadikan motivasi untuk membuat karya-karya baru memenuhi kebutuhan jamannya pada garis besarnya tari kreasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1.      Tari Kreasi Baru Berpolakan Tradisi
Yaitu tari kreasi yang garapannya dilandasi olehkaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, musik/karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun ada pengembangan tidak menghilangkan esensiketradisiannya.
2.      Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (Non Tradisi)
Tari Kreasi yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun tarian ini tidak menggunakan pola-pola tradisi, tidak berarti sama sekali tidak menggunakan unsur-unsur tari tradisi, mungkin saja masih menggunakannya tergantung pada konsep gagasan penggarapnya. Tarian ini disebut juga tari modern, yang istilahnya berasal dari kata Latin “modo” yang berarti baru saja.
F.     Kekayaan Tari Berdasarkan Tema
Yang dimaksud dengan tema di dalam tari ialah kandungan isi ungkapan koreografi yang sesuai dengan konsep garapannya. Berdasarkan tema yang digarap, komposisi tari dapat dibedakan antara yang diolah berdasarkan tema literer dan non literer. Komposisi tari literer adalah komposisi tari yang digarap dengan tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan seperti : ceritera, pengalaman pribadi, interpretasi karya sastra, dongeng, legenda, ceritera rakyat, sejarah dan sebagainya. Sedangkan komposisi tari non literer adalah komposisi tari yang semata-mata diolah berdasarkan penjelajahan dan penggarapan keindahan unsur-unsur gerak: ruang, waktu dan tenaga. Bentuk yang kedua ini dapat digarap berdasarkan pengembangan berbagai macam aspek: interpretasi (tafsiran) musik, penjelajahan gerak, eksplorasi permainan suara, permainan cahaya atau unsur-unsur estetis lainnya (Sal Murgiyanto,1986:123).
Dengan demikian tema literer yang terkandung dalam tari terdiri dari : ketuhanan, kemanusiaan, alam dan binatang, dang ungkapan isinya tentang erotik (percintaan/kebirahian), heroik (kepahlawanan), pantomimik (peniruan) dan komikal (komedi).

G.      Kekayaan Tari Berdasarkan Jenisnya
Kekayaan tari berdasarkan jenisnya mengarah kepada penggolongan tari menurut konsep penggarapan koreografinya, yang terdiri dari: Tari Putri, Tari Putra dan campuranPutridanPutra.
1.      Tari Putri, yaitu bentuk tari menurut konsep penggarapan tema dan koreografinya tentang kondisi putri/wanita, dan biasanya dilakukan oleh putri / wanita.
2.      Tari Putra, yaitu bentuk tari menurut konsep penggarapan tema dan koreografinya tentang kondisi putra/laki-laki, dan biasa dilakukan tidak hanya oleh laki-laki/putra saja, akan tetapi bisa pula dilakukan oleh kaum wanita (travesti).
Tari campuran Putra dan putri, yaitu bentuk tari menurut konsep penggarapan tema dan koreografinya tentang putra dan putri yang ditata secara terpadu dan harmonis, biasa dilakukan oleh wanita untuk konsep tari putrinya, dan dilakukanoleh laki-laki atau bisa pula oleh perempuan untuk konsep tari putranya.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian yang saya tuliskan  dalam makalah ini, bahwa seni tari merupakan sebuah karya manusia yang diekspresikan dalam gerak –gerak yang indah. Di mana setiap unsure geraknya mempunyai arti dan tujuan dari sang koreografinya. Gerak seni tari bukan hanya tertumpu pada tubuh saja tetapi kelengkapan tari (Rias, busana, musik,dll ) menjadi kebutuhan yang sangat terkait.
Berbagai macam tari yang sering kita lihat banyak di pengaruhi oleh fungsi social seperti tari upacara, tari hiburan dan tari pertunjukkan. Sementara bedasarkan penyajiannya bentuk tarian terbagi atas tari tunggal, tari rampak, tari berpasangan dan tari paduan berpasangan. Cara penyajiannya dapat secara Statisdan Mobile.
Konsep garapan pada seni tari terbagi menjadi tari tradisional dan tari kreasi dengan tema Literer dan Non Literer sebagai acuan konsep garapan.









DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Robby. 2005. Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Malang : Banjar Seni Gantar Gumelar.
Kurnia, Ganjar. 2003. Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.
Nana Priatna, Ade. 2008. Kurikulum Seni Tari. (Tanpa Kota Tanpa Penerbit).
Rusliana, Iyus. 1990. Pendidikan Seni Tari : Buku Guru Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soedarsono. 1978. Pengantar Pengetahuan Komposisi Tari. Yogyakarta : Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

izin copast

Posting Komentar