KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Semoga Makalah tentang Nahdlatul Ulama ini dapat membantu dan menambah
pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi Makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada Bapak guru mata
pelajaran SKI untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
Makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................. ii
BAB
1 PENDAHULUAN
Latar
Belakang............................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Sejarah
Nahdlatul Ulama di Indonesia.............................................. 2
B. Daftar
Pimpinan................................................................................. 4
C. Peran
Nahdlatul Ulama di Indonesia................................................. 4
D. Program
Nahdlatul Ulama.................................................................. 6
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Kalangan
pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme merespons kebangkitan
nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul
Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan
Taswirul Akar atau dikenal juga dengan “Nahdlatul Fikri” (kebangkitan
pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum
santri. Dari satu kemudian didirikan Nahdlatul Tujjar, (pergerakan kaum
saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afka, selain tampil bagai
kelompok studi juga pendidikan yang berkembang sangat pesat memiliki cabang di
beberapa kota.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk
menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan
peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang
dinamakan komite Hijaz yang diketuai oleh K.H. Wahhab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang
terhimpun dalam komite Hijaz dan tantangan dari segala penjuru umat islam di
dunia, maka raja ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di
Mekkah bebas dilaksanakan ibadaj sesuai dengan mazhab mereka masing-masing.
Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama yang berhasil
memperjuangkan kebebasan bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan
sejarah dan peradaban yang sangat berharga. Untuk mengatasi perkembangan zaman.
Maka setelah berkoordinasi dengan kyai akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama pada tanggal 16 rajab 1344 H
(31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. hasyim asy’ari sebagai
rais akbar.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Nahdlatul Ulama di Indonesia
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau
Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam
yang terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan
bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.
NU didirikan di Surabaya oleh K.H.
Muhammad Hasyim Ansyasri sebagi organisasi sosial keagamaan. Pada tahun 1945,
NU menyatukan diri dengan partai Masyumi: (Majelis Syura Muslimin Indonesia).
Pada tahun 1952, melalui Muktamar yang diselenggarakan di palembang, NU
menyatakan diri keluarga dari Masyumi dan menjadikan NU sebagai parpol. Pada
tahun 1973, Partai NU dan partai-partai islam lainnya seperti: Parmusi, SPII,
dan perti, difungsikan ke dalam PPP, dan NU kembali menjadi organisasi sosial
keagamaan semata,. Pada tahun 1984, NU menarik diri dari PPP dan kembali ke
khitah (Mu’tamar di Sutubondo tahun 1984). Pad zaman reformasi (mulai tahun
1998), NU membidani kelahiran Partai kebangkitan Bangsa – partai ini kemudian
pecah menjadi dua kubu: kubu kuningan pimpinan Alwi Shihab: kubu Batu tulis
pimpinan Matori Abdul Jalil, Akan tetapi, setelah menang di pengadilan, PKB
tetap di pegang oleh Aloi Shihab dan Gus Dur sebagi dewan syuro; sementara
kelompok Matori Abdul Jalil mendirikan partai kejayaan Demokrasi (Rekade,
2003).
Keterbelakangan yang baik secara mental,
maupun ekonomi yang di alami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun
kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar martabat bangsa
ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut
dikenal dengan “Kebangkitan Nasional”. Semangat kebangkitan memang terus
menyebar kemana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan
ketinggalannya dengan bangsa lain. Sebagi jawabannya, muncullah sebagai
organisasi pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih
melawan kolonialisme merespons kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk
organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada
1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Akar atau dikenal juga dengan
“Nahdlatul Fikri” (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial
politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari satu kemudian didirikan Nahdlatul
Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk
memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka
Taswirul Afka, selain tampil bagai kelompok studi juga pendidikan yang
berkembang sangat pesat memiliki cabang di beberapa kota.
Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak
menerapkan asas tunggal yakni mazhab Wahabi di Mekkah, kelangsungan pesantren
yang selama ini membela keberagamaan, menolak pembatasan bermazhab dan
penghancuran warisan peradaban tersebut. Dengan sikap yang berbeda itu kalangan
pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres AL Islam di Yogyakarta pada tahun
1925. Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam
mu’tamar alam islami (kongres islam international) di Mekkah yang akan
mengesahkan keputusan tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim
Asy’ari, K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya melakukan walk out.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan komite Hijaz yang diketuai oleh K.H. Wahhab Hasbullah.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan komite Hijaz yang diketuai oleh K.H. Wahhab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang
terhimpun dalam komite Hijaz dan tantangan dari segala penjuru umat islam di
dunia, maka raja ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di
Mekkah bebas dilaksanakan ibadaj sesuai dengan mazhab mereka masing-masing.
Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama yang berhasil
memperjuangkan kebebasan bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan
sejarah dan peradaban yang sangat berharga. Untuk mengatasi perkembangan zaman.
Maka setelah berkoordinasi dengan kyai akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama pada tanggal 16 rajab 1344 H
(31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. hasyim asy’ari sebagai
rais akbar.
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini maka beliau merumuskan kitab qanun asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab “i’tiqad ahlussunah waljamaah”. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khitah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini maka beliau merumuskan kitab qanun asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab “i’tiqad ahlussunah waljamaah”. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khitah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
B.
Daftar Pimpinan
Berikut
ini adalah daftar rais aam (pemimpin tertinggi) syuriyah pengurus besar
Nahdlatul ulama:
1. KH. Muhammad Hasyim Asy’arie 1926 M – 1947 M
2. KH. Abdul Wahab Hasbullah 1947 M – 1971 M
3. KH. Bisri Syansuri 1972 M – 1980 M
4. KH. Muhammad Ali Maksum 1980 M – 1984 M
5. KH. Achmad Muhammad Hasan Siddiq 1984 M – 1991 M
6. KH. Ali Yafie (pjs) 1991 M – 1992 M
7. KH. Muhammad Ilyas Ruhiat 1992 M – 1999 M
8. KH. Muhammad Ahmad Sahal Mahfudz 1999 M – sekarang
1. KH. Muhammad Hasyim Asy’arie 1926 M – 1947 M
2. KH. Abdul Wahab Hasbullah 1947 M – 1971 M
3. KH. Bisri Syansuri 1972 M – 1980 M
4. KH. Muhammad Ali Maksum 1980 M – 1984 M
5. KH. Achmad Muhammad Hasan Siddiq 1984 M – 1991 M
6. KH. Ali Yafie (pjs) 1991 M – 1992 M
7. KH. Muhammad Ilyas Ruhiat 1992 M – 1999 M
8. KH. Muhammad Ahmad Sahal Mahfudz 1999 M – sekarang
C.
Peran Nahdlatul Ulama di Indonesia
1)
Peran Nahdlatul ulama dalam menghadapi radikalisme
Dalam
istilah bahasa arab istilah radikalisme biasa di sebut tatharruf lalu menjadi
muthatharrifin, kemudian diartikan dengan istilah teror atau menciptakan
bencana. Dominasi ini melahirkan berbagai macam fanatisme mulai paling berat.
Paham yang paling berat adalah hizbuk takfiriyyah, yaitu kelompok yang selalu
mengatakan diluar dirinya adalah kafir. Dominasi islam ada pada dirinya karena
itu jika sudah kafir semuanya menjadi halal, baik saudara, harta, maupun
kehormatan, maka timbul langkah-langkah yang disebut dengan teror.
Semua
ini sebenarnya sudah berakar sejak akhir khulafuurrasyidin. Akar hizbul
takfiriyyah ini mulai muncul sejak pecahnya islam menjadi kelompok syiah,
khawarij, muktazilah dan lain-lain, misalnya pembunuh saidina ali bin abi
thalib adalah orang yang amat taat beragama tetapi karena pengertian politiknya
yang di agamakan dan agama di politikkan akhirnya terjadi peperangan.
2)
Peran Nahdlatul ulama dalam membangun bangsa
Dalam
bahasa arab, istilah radikalisme biasa di sebut tathorruf lalu menjadi
muthothorrifin. Kemudian di artikan dengan istilah teror atau menciptakan
bencana-bencana. Dominasi ini melahirkan berbagai macam fanatisme, mulai yang
palang lunak sampai yang paling berat. Paham yang paling berat adalah Hizbul
Taktiriyah, yaitu kelompok islam yang selalu mengatakan diluar dirinya adalah
kafir. Dominasi islam pada dirinya, karena itu, jika sudah kafir, semuanya
menjadi halal, baik saudara, harta, maupun kehormatan, maka menjadi timbul
langkah-langkah yang di sebut dengan teror.
Semuanya
ini sebenarnya sudah berakar sejak akhir khulafaurrasyidin (akhir kepemimpinan
empat khalifah islam). Akar Hizbul Takfirriyah ini mulai muncul sejak pecahnya
islam menjadi kelompok syi’ah, khawarij, muktazilah, dan sebagainya. Misalnya,
pembunuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah orang yang amat taat beragama, Tetap,
karena pengertian politik yang diagankan dan agama yang dipolitikkan, akhirnya
terjadi peperangan.
Kedua
dihukum waliyadin yang di artikan sebagai pembenaran islam saja tanpa pengakuan
terhadap eksistensi agama lain,. Seharusnya kita tidak mengikuti mereka, tetapi
juga tidak ribut dan mereka sebaliknya mereka tidak boleh mengganggu kita,
dalam perkembangannya, waliyadin ini lebih mendominasi dari pada lakum dihukum.
Inilah
yang akhirnya menjurus kepada radikalisme agama, sebagai mana terjadi pada agama-agama
lain. Namun orang-orang di luar islam juga sering membawa radikalisme atas nama
agama yang dengan lihai membungkus diri menggunakan tema-tema universal, bukan
tema agama, sementara kita telanjang, seperti Amrozi menggunakan yel-yel allahu
akbar, Radikalisme dan terorisme yang dicapkan di Indonesia adalah barang baru
yang muncul sejak tahun 1999 sebelumnya cap ini belum ada, Namun sejak
revormasi dan munculnya faktor non agama yang tidak dapat di kontrol,
radikalisme di Indonesia kian subur, meski revomasi berupa menuju Demokrasi dan
nilai-nilai civil society, tetapi telah menurunkan kadar scurity and
sovereignty of state, yaitu kadar keamanan dan kedaulatan suatu negara sehingga
akhirnya juga menurunkan kadar bersatuan. Dari segi keimanan, karena tentara
dan birokrasi yang di dukung secara politik oleh Golkar atau tiga kekuatan
politik zaman orde baru sudah tiada, kemudian de3ngan serta merta bergeser
pindah bersistem multipartai yang berdasar diri dari civil seciety yang
berisikan liberalisasi dan Globalisasi. , maka sejak pemilu 1999 lahir 48
Partai, artinya dalam waktu 11 bulan Indonesia langsung Pemilu, punya 45
partai, punya DP, dan kekuasaan dalam sistem multipartai, institusional,
sistematik, dan personal, sebenarnya dia harus merata diri sebelum mengambil
estafet kepemimpinan.
D.
Program Nahdlatul Ulama
- Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
- Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
- Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
- Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.
- Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
NU didirikan di Surabaya oleh K.H. Muhammad Hasyim
Ansyasri sebagi organisasi sosial keagamaan. Pada tahun 1945, NU menyatukan
diri dengan partai Masyumi: (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Pada tahun
1952, melalui Muktamar yang diselenggarakan di palembang, NU menyatakan diri
keluarga dari Masyumi dan menjadikan NU sebagai parpol. Pada tahun 1973, Partai
NU dan partai-partai islam lainnya seperti: Parmusi, SPII, dan perti,
difungsikan ke dalam PPP, dan NU kembali menjadi organisasi sosial keagamaan
semata,. Pad tahun 1984, NU menarik diri dari PPP dan kembali ke khitah
(Mu’tamar di Sutubondo tahun 1984). Pad zaman reformasi (mulai tahun 1998), NU
membidani kelahiran Partai kebangkitan Bangsa – partai ini kemudian pecah
menjadi dua kubu: kubu kuningan pimpinan Alwi Shihab: kubu Batu tulis pimpinan
Matori Abdul Jalil, Akan tetapi, setelah menang di pengadilan, PKB tetap di
pegang oleh Aloi Shihab dan Gus Dur sebagi dewan syuro; sementara kelompok
Matori Abdul Jalil mendirikan partai kejayaan Demokrasi
NU menganut paham ahlussunnah waljamaah sebuah pola
pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum
ekstrem naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran NU tidak hanya
al-Quran dan sunah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan
realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu
seperti abu hasan al asy’ari dan abu mansur al maturasi dalam bidang teologi.
Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab: imam syafi’i dan
mengakui tiga mazhab yang lain: iman hanafi, imam maliki dan handali
sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara
dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode al-ghazali dan junaid al-baghdadi
yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok Dkk,SPI, Pustaka Bani Quraisy, Bandung :
2004
http://www.lakpesdam.or.id
http://www.prigi.radiomadufm.com/index.php.
http://www.syarikat.org
http://www.lakpesdam.or.id
http://www.prigi.radiomadufm.com/index.php.
http://www.syarikat.org


0 komentar:
Posting Komentar